SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI ADI WAHYU WICAKSONO,BACA,PAHAMI,DAN TEMUKAN MANFAATNYA..

Menelusuri Eksotisme Kampung Adat Bena

Penelusuran salah satu situs peradaban megalitikum di Nusa Tenggara Timur

Wisata Sehari di Pulau Lombok

Menyelami pesona dan keindahan alam yang terpendam di"Pulau Seribu Masjid"

Menanti Senja di Tegalwangi

Menjadi saksi tenggelamnya sang mentari di salah satu tempat terbaik di Pulau Dewata.

Petualangan di Beji Guwang

Berpetualang memang selalu menjadi tantangan, nikmati serunya penelusuran di salah satu objek wisata yang penuh tantangan.

Menembus Dinginnya Kota Bajawa

Kota berhawa sejuk di tengah Pulau Flores ini menyimpan banyak pesona,banyak cerita dan pengalaman menarik yang didapat selama singgah 5 hari di kota ini.

Senin, 09 Januari 2017

Menembus Dinginnya Kota Bajawa


Akhir November 2016 sebuah kejutan menghampiriku. Kali ini aku ditugaskan untuk berkunjung ke salah satu kota di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur yaitu Bajawa. Kota Bajawa, sebuah kota kecil berhawa sejuk yang terletak di antara dua bukit di tengah-tengah Pulau Flores menjadi tujuan "penugasan" saya kali ini. Saya berangkat dari Denpasar melalui penerbangan tujuan Labuan Bajo, dan dari Labuan Bajo transit sejenak (sekitar 1 jam) untuk melanjutkan penerbangan menuju Bandara Soa di Bajawa.

Hanya butuh waktu 40 menit untuk terbang dari Labuan Bajo ke Bajawa,  beruntung kondisi cuaca saat itu cerah berawan sehingga penerbangan bisa tepat waktu tanpa kendala. Perlu kawan-kawan ketahui penerbangan menuju beberapa wilayah di NTT seringkali terhambat masalah cuaca, apalagi memasuki bulan November-Desember biasanya kondisi cuaca tidak menentu dan seringkali mengorbankan jadwal penerbangan.
Sampai di Bandara Soa, kulihat sekeliling bandara sangat sepi, maklum saja bandara ini merupakan bandara perintis dan maskapai penerbangan  yang masuk ke Bandara ini sangat terbatas. Setelah masuk ke ruang kedatangan kami sudah disambut oleh kawan-kawan dari Bajawa yang siap mengantarkan Kami ke hotel tempat kami menginap. Langsung saja setelah semua bagasi kami ambil dan angkut ke mobil, Kami siap bergegas menuju hotel untuk beristirahat.


Selama perjalanan dari Soa menuju Bajawa, sekeliling jalan masih nampak asri hamparan pepohonan dan perkebunan kopi. Perjalanan bisa kami katakan cukup menantang karena mobil yang kami tumpangi harus melewati jalanan yang sempit berkelok, bahkan jika harus perpapasan dengan mobil besar atau truk salah satu kendaraan harus menepi dulu untuk memberikan kesempatan kepada salah satunya untuk lewat. Ada hal yang menarik dalam perjalanan, terlihat bukit hijau yang menjulang dengan pepohona perdu di atasnya. Tampak dari kejauhan begitu asri, namun ketika mobil kami melintas semakin dekat dengan bukit terlihat separuh bagian dari bukit itu merupakan hamparan pasir yang sudah dikeruk untuk pertambangan. Usut punya usut setelah mendapat penjelasan dari kawan yang mendampingi kami di Bajawa, bukit itu memang di dalamnya berisi pasir, dan lokasinya sudah dikontrakan ke perusahaan swasta oleh pemerintah untuk dikelola sebagai bahan tambang galian.

Satu jam perjalanan telah kami lalui dari Bandara Soa ke Bajawa. Waktu setempat menunjukan pukul 13.30 WITA ketika kami sampai di Bajawa, di siang hari yang sangat cerah udara dingin sudah terasa. Saat itu sekeliling kota Bajawa sangat sepi, maklum saja karena Kami datang bertepatan dengan hari Minggu, hari dimana umat Katholik yang menjadi mayoritas di Bajawa beribadah dan menghabiskan waktu di rumah.

Selama lima hari di Bajawa Kami menginap di Hotel Korina, hotel yang dibilang  representatif di Bajawa. Bangunannya sederhana, lebih mirip rumah biasa daripada hotel pada umumnya, dan letaknya  berada di pusat pariwisata kota Bajawa. Di sekeliling hotel ini juga ada beberapa hotel, restoran dan Pusat Informasi wisata (di sekitar hotel ada 3 pusat informasi wisata ) Aku cukup tertegun ketika di kota sekecil ini beberapa restoran menawarkan menu dengan bahasa Inggris dan harga yang cukup mahal bagi wisatawan lokal. Ternyata setelah saya telusuri wisatawan yang singgah di Bajawa memang kebanyakan wisatawan asing dari Eropa, bahkan ada satu restoran, tepat di depan Hotel Korina yang dimiliki oleh orang Eropa.

Suhu dan cuaca saat saya datang ke Bajawa di akhir November 2016 cukup bersahabat. Anggapan sebagian besar orang kalau Bajawa memiliki suhu yang sangat dingin tidak begitu terbukti saat itu, karena memang di Bulan November bukan puncak dari suhu dingin di Bajawa. Suhu dingin di Bajawa akan mencapai puncaknya pada kisaran Bulan Juli-September, di bulan itulah justru menjadi waktu yang paling ramai di Bajawa karena di bulan tersebut jumlah wisatawan yang datang ke Bajawa mencapai puncaknya.

Bicara makanan khas, ada yang cukup menarik ketika saya pertama kali makan makanan khas Bajawa. Sambal dabu-dabu, makanan yang membuat saya rindu akan kota ini, bentuknya sederhana terdiri dari campuran tomat dan irisan cabai rawit, rasanya ..hmmm.. jangan ditanya lagi, pedasnya bukan main, tapi itulah yang membuat saya ketagihan dengan sambal ini. Satu lagi sajian khas yang paling mendunia dari Bajawa, yaitu kopi. Kenikmatan kopi Bajawa sudah sangat terkenal sampai ke mancanegara, bahkan pada September 2016 salah satu event nasional yaitu festival kopi diadakan khusus di Bajawa untuk memperingati hari kopi sedunia. Menikmati secangkir kopi Bajawa ditengah hembusan udara dingin dan selimut kabut menjadi hal yang sangat berkesan. Ditambah lagi sebelum pulang salah seorang rekan menghadiahkanku kopi Bajawa, sungguh semakin sempurna perjalananku singgah selama lima hari di kota kecil nan sejuk ini.