Berawal dari tugas dari kantor yang cukup membebankan, akhirnya malah membawaku ke pengalaman yang mengasyikan berpetualang di Lombok "Pulau Seribu Masjid". Perjalanan dimulai dari Denpasar via jalur darat-laut. Jam 11 malam kami berkumpul di kantor untuk mempersiapkan keberangkatan sembari menunggu kawan lain datang. Tepat jam 12 malam dua buah mobil siap memberangkatkan kita menuju Pulau Lombok. Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Denpasar menuju Pelabuhan Padangbai, jalanan saat itu lengang sehingga mobil bisa melaju cepat. Sampai di pelabuhan, kami tak memerlukan waktu lama untuk segera menaikan mobil ke dalam kapal yang sudah siap mengangkut rombongan menuju ke pulau seberang. Kurang lebih 5 jam perjalanan kami habiskan di atas kapal hingga sampai di Pulau Lombok.
Waktu menunjukan pukul 05.30 ketika kapal bersandar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat. Dua mobil yang menjadi tumpangan rombongan kami pun segera bergegas dari pelabuhan menuju Ibukota Nusa Tenggara Barat, Mataram. Pagi hari yang sejuk, dengan jalanan yang nampak kosong dari kendaraan bermotor membuat rombongan kami sampai di Mataram dalam waktu yang cukup singkat. Belum sampai jam 7 pagi rombongan sudah sampai di gerbang kota Mataram. Mengingat kegiatan yang akan kami lakukan cukup padat, kami mampir sejenak untuk makan pagi di warung makan khas Lombok yang ada di pinggir jalan, tepat di depan Mataram Mall. Menu makanan yang ada di sini cukup asing bagiku yang memang baru sekali ini singgah ke Lombok. Di sini menyediakan nasi balap, sejenis nasi campur khas suku Sasak, dengan masakan didominasi oleh olahan makanan laut dengan cita rasa gurih dan asin.
Puas kami menikmati makan pagi yang sangat nikmat. Selanjutnya kita semua akan menuju kantor UPT BKN Mataram yang akan segera diresmikan. Singkat ceritanya, seharian penuh kami rombongan dari Denpasar mempersiapkan acara peresmian mulai jam 7 pagi sampai jam 1 malam semua bekerja keras untuk mempersiapkan acara. Dan pada akhirnya acara yang telah kami rencanakan berlangsung lancar dan sukses yang ditandai dengan berkenannya Gubernur Nusa Tenggara Barat hadir dan meresmikan secara resmi kantor UPT BKN di Mataram.
Sekarang saatnya jalan-jalan setelah mengabiskan waktu untuk mempersiapkan dan melaksanakan peresmian UPT. Awalnya memang tak disengaja, jujur saya tidak banyak tahu apa saja objek wisata yang menarik di Lombok dan bagaimana untuk mengaksesnya. Beruntung ada salah satu dari rombongan kami yang sudah hafal tempat-tempat menarik di Lombok, jadi yang saya hanya ikut saja.
Sore itu waktu menunjukan jam 3 sore, matahari masih bersinar cerah di kota Mataram. Rencana awal kita akan menuju pantai Kuta yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, kurang lebih 1 jam perjalanan dari Kota Mataram. Dari kota Mataram perjalanan menyusuri jalan Bay Pass yang menuju ke Bandara Interasional Lombok. Jalan ini merupakan jalan yang baru selesai dibangun beberapa tahun lalu, dengan jalan yang lebar dan arus kendaraan yang tidak terlampau padat, banyak mobil dan motor yang bisa memacu kendaraanya dengan kencang di jalan ini.
Singkat cerita, rombongan kami sampai di pantai Kuta, Lombok Tengah, sedikit menyesal melihat kondisi pantai yang jauh dari ekspektasi kita. Akhirnya pimpinan rombongan pun memutuskan untuk melanjutkan ke tempat yang menurutnya lebih eksotis yaitu pantai Tanjung Aan yang berada di sekitar kawasan Mandalika Resort. Rombongan pun bergegas ke sana, melewati jalanan yang kecil dan masih sepi, di sekeliling hanya terlihat sawah tanaman jagung dan alang-alang serta beberapa pemukiman tradisional. Setengah jam dari pantai Kuta sampai juga kita di pantai tanjung Aaan, begitu turun dari mobil rombongan langsung ditawari oleh beberapa guide lokal disana untuk menyeberang ke Pantai Batu Payung menggunakan perahu dengan harga sewa 250.000. Awalnya kami tidak begitu menggubris tawaran tersebut, karena sudah cukup terpesona dengan hamparan pasir putih yang ada di pantai Tanjung Aan. Tapi begitu melihat "penampakan" pantai Batu Payung yang disajikan oleh para guide itu dan saya bandingkan dengan gambar di internet ternyata kami berpikir tak mau menyianyiakan peluang untuk menikmati pantai Batu Payung.
Setelah rombongan kami sepakat untuk menyeberang ke Pantai Batu Payung, langsung kami menuju ke perahu yang sudah disiapkan dan bergegas menuju ke Pantai Batu Payung. Mendarat di pantai Batu Payung, kami disambut dengan teriknya matahari yang membuat hamparan bukit batu di sekeliling pantai seolah memancarkan sinar. Pemandangan di sana nampak menakjubkan, pantai pasir putih, gugusan batu karang, dan air laut yang mengalir tenang bak kami berada di alam mimpi. Satu hal yang menjadi daya tarik Batu Payung yaitu adanya batu besar yang menjulang tinggi berbentuk mirip payung, ada juga yang menyebutnya mirip dengan muka manusia.
Puas "bercengkrama" dengan gugusan batu karang di pantai Batu Payung, perjalanan di lanjutkan menyeberang ke pantai Bukit Meresek..hmm, kalau yang ini saya baru benarr-benar kagum, karena ketika kita kita masuk ke bibir pantai sudah disambut dengan gugusan bukit yang terhampar luas yang membuat aku tak sabar untuk menjelajah sampai ke ujung bukit. Berada di bukit seluas ini, rasanya seperti berada di pantai milik sendiri. Saat itu hanya kami berlima yang singgah di pantai dan bukit ini. Dari puncak bukit bisa kita lihat pemandangan luas di sepanjang pantai Tanjung Aaan dengan cekungan yang begitu mempesona.
Singkat cerita, rombongan kami sampai di pantai Kuta, Lombok Tengah, sedikit menyesal melihat kondisi pantai yang jauh dari ekspektasi kita. Akhirnya pimpinan rombongan pun memutuskan untuk melanjutkan ke tempat yang menurutnya lebih eksotis yaitu pantai Tanjung Aan yang berada di sekitar kawasan Mandalika Resort. Rombongan pun bergegas ke sana, melewati jalanan yang kecil dan masih sepi, di sekeliling hanya terlihat sawah tanaman jagung dan alang-alang serta beberapa pemukiman tradisional. Setengah jam dari pantai Kuta sampai juga kita di pantai tanjung Aaan, begitu turun dari mobil rombongan langsung ditawari oleh beberapa guide lokal disana untuk menyeberang ke Pantai Batu Payung menggunakan perahu dengan harga sewa 250.000. Awalnya kami tidak begitu menggubris tawaran tersebut, karena sudah cukup terpesona dengan hamparan pasir putih yang ada di pantai Tanjung Aan. Tapi begitu melihat "penampakan" pantai Batu Payung yang disajikan oleh para guide itu dan saya bandingkan dengan gambar di internet ternyata kami berpikir tak mau menyianyiakan peluang untuk menikmati pantai Batu Payung.
Setelah rombongan kami sepakat untuk menyeberang ke Pantai Batu Payung, langsung kami menuju ke perahu yang sudah disiapkan dan bergegas menuju ke Pantai Batu Payung. Mendarat di pantai Batu Payung, kami disambut dengan teriknya matahari yang membuat hamparan bukit batu di sekeliling pantai seolah memancarkan sinar. Pemandangan di sana nampak menakjubkan, pantai pasir putih, gugusan batu karang, dan air laut yang mengalir tenang bak kami berada di alam mimpi. Satu hal yang menjadi daya tarik Batu Payung yaitu adanya batu besar yang menjulang tinggi berbentuk mirip payung, ada juga yang menyebutnya mirip dengan muka manusia.
Puas "bercengkrama" dengan gugusan batu karang di pantai Batu Payung, perjalanan di lanjutkan menyeberang ke pantai Bukit Meresek..hmm, kalau yang ini saya baru benarr-benar kagum, karena ketika kita kita masuk ke bibir pantai sudah disambut dengan gugusan bukit yang terhampar luas yang membuat aku tak sabar untuk menjelajah sampai ke ujung bukit. Berada di bukit seluas ini, rasanya seperti berada di pantai milik sendiri. Saat itu hanya kami berlima yang singgah di pantai dan bukit ini. Dari puncak bukit bisa kita lihat pemandangan luas di sepanjang pantai Tanjung Aaan dengan cekungan yang begitu mempesona.
0 komentar:
Posting Komentar